Identitas mahasiswa
Identitas
adalah hal yang melekat pada sesuatu itu sehingga memudahkan untuk
membedakannya dengan yang lain.
Defenisi mahasiswa secara umum
pada Setiap orang memiliki
hak untuk menafsirkan sesuatu, dalam kaitannya dengan mahasiswa, sebagian orang
mengartikan bahwa mahasiswa adalah orang
yang menuntut ilmu diperguruan tinggi dan mematuhi peraturan-peraturan yang
berlaku ditempat dimana ia berstatus sebagai mahasiswa. Identitas mahasiswa
yang sesungguhnya adalah idealisme manusia yang tidak pernah terpisah dari
nilai-nilai kemanusiaan, kadang muncul dibenak kita pertanyaan tentang kata MAHA yang senantiasa dilekatkan pada
sang pencipta bahwa dialah segalanya kenapa didunia pendidikan kata tersebut
dilrkatkan pelajar diperguruan tinggi ? .
Diluar negri tidak pernah
dijumpai kata mahasiswa tetapi kita jumpai adalah pelajar tingkat tinggi, maka
kita mencoba membedah kenapa kata MAHA
dilekatkan pada seorang pelajar yang menuntut ilmu pengetahuan diperguruan
tinggi sehingga melahirkan kata mahasiswa. Dalam tinjauan filosofis bahwa kata MAHA adalah sesuatu diatas segala
galanya, dimana sesuatu tersebut memiliki nilai- nilai ideal yang tidak pernah
gugur oleh apapun, maka kata MAHA
coba dilekatkan pada kaum intelektual dimana diharapkan mampu mempertahankan
nilai-nilai idealismenya sebagai seorang mahasiswa, sehinga kita sampai pada
sebuah kesimpulan tentang Mahasiswa secara filosofis adalah manusia intelektual
yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan dan social control baik
dilingkup internal maupun eksternal.
Peran dan Tanggung jawab Kader HMPT sebagai
Mahasiswa
Peranan
adalah status atau posisi dimana kita berada yang melahirkan sumbangsi.
Sedangkan tanggungjawab adalah sesuatu yang harus kita kerjakan dikarenakan
oleh dorongan nurani atau nilai – nilai kemanusiaan. Dan kader HMPT adalah
manusia intelektual yang berperan sebagai agent of change dan social control
dimanapun berada.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa kader-kader HMPT harus berperan aktif dimanapun mereka berada, sehingga dapat
memperkokoh eksistensi HMPT, kader HMPT nantinya sangat diharapkan dapat
melakukan perubahan perubahan kearah yang lebih ideal yang sesuai dengan tujuan
HMPT. Indenpensi HMPT sangat tergantung pada kader – kader yang dilahirkan oleh
HMPT nantinya, maka dari itu peningkatan kualitas sikap, pengetahuan, tindakan
dan spiritual sangat diharapkan agar dapat menopang independesi HMPT tersebut.
Kader sangat
dituntut untuk dapat bertanggung jawab menjalankan roda – roda organsisasi yang
tidak terlepas oleh nilai – nilai kemanusiaan dan harus menghindari hal – hal
yang melanggar kode etik organisasi sehingga dapat mengembangkan HMPT, walaupun
dalam terpaan badai selalu dibuat untuk mematikan lembaga kemahasiswaan selalu
dianggap sebagai pemicu masalah – masalah yang muncul dilingkungan kampus.
Dari berbagai fenomena
yang muncul pada diri secara internal maupun eksternal, ketika tentang tanggung
jawab maka maka biasanya muncul pertanyaan, kita bertanggung jawab terhadap
apa?.
Sesungguhnya
ada beberapa hal yang perlu diingat bahwa kita yang ada saat ini adalah akibat
dari sebab yang tidak pernah terlepas dimanapun, kapanpun yang jelas bahwa kita
akan selalu berada dalam koridorNYA. Dengan adanya rasa tanggung jawab berarti
kita masih memiliki nurani sebagai mahluk ciptaan, kepadaNyalah segala bentuk
penghammbaan salah satu bentuknya adalah mengaktualkan potensi kemanusiaan yang
diberikan olehNya berupa rasa tanggung jawab.
Perlu
juga diingat bahwa sebagai manusia yang penuh dengan potensi haruslah
diaktualkan sehingga melahirkan sesuatu yang dapat menorehkan sejarah, sebagai
mahluk indifidu dan social maka tanggung jawab dibagi menjadi dua:
. Tanggung jawab kepada diri sendiri,
dimana kita harus berusaha untuk tidak
membohongi diri sendiri seperti perbedaan
arti nurani dan tindakan dalam artian bahwa setiap pribadi
memiliki rasa konsistensi
. Tanggung
jawab kepada orang lain yaitu memiliki rasa kesamaan derajat ,
ingin membantu, satu dalam mengungkap tirai
penindasan
Dalam melakukan suatu
pastilah ada yang melandasi sehingga kita ingin melakukan sesuatu dengan kata
lain bahwa ada spirit gerak untuk berbuat, spirit gerak itu adalah bahwa kita
manusia sebagai rahmat bagi alam semesta dan sebagai pemimpin dimuka bumi.
Penghikmatan kepada apa saja adalah cerminan wajah HMPT yang ideal dimana kader
selau berusaha untuk mencapai kesempurnaan sebagai manusia seutuhnya.
Mengungkap tirai
penindasan adalah salah satu bentuk tanggung jawab baik itu penindasan dalam
diri sendiri atau penindasan kepada orang lain, seperti itulah yang melekat
pada diri seorang mahasiswa , karena agen of change dan social adalah bagian
dari pengungkapan tirai penindasan
Dalam lingkungan
masyarakat sangat banyak kita lihat ketimpangan- ketimpangan social , dimana
hal tersebut dilakukan kaum borjuis atau pemilik modal atau pemerintah selaku
aparatur negara yang mengakibatakan potensi yang ada dalam masyarakat yang
menjadi terkungkung dan mencoba mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang
pragmatis , dalam kondisi yang seperti itulah mahasiswa harusnya mengambil
peran- peran strategis dalam melakukan perubahan social, dimana kadermahasiswa
seharusnya melakukan propaganda-propaganda terhadap masyrakat untuk melakukan
perlawanan terhadap kaum penindas. Mahasiswa seharusnya menjadi control terhadap
kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak
pemerintah serta kebijakan yang yang diambil oleh pemilik modal dimana
dalam setiap pengambilan kebijakan harus selalu menguntungkan masyarakat kecil,
dalam artian bahwa posisi mahasiswa adalah penyambung antara masyarakat pemilik
modal dan pemerintah. Hingga sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada kata selain
melawan, tidak ada perbuatan selain menolak, tidak ada sifat selain kerendahan
intelektual untuk sebuah perubahan social menuju tercapainya tujuan HMPT.
Gerakan Mahasiswa
Definisi Gerakan
Gerakan berasal dari kata
gerak, secara fisik = perpindahan dari suatu titik ketitik lain, filsafat =
dari potensi keaktual/merealisasikan potensi kewujud yang lain.
Diskursu tentang
mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok pembahasan dalam baebagai
kesempatan yang hampir sepanjang tahun. Begitu banyaknya forum – forum diskusi
yang telah diadakan, telah mengahasilkan juga berbagai tulisan, makalah maupun
buku – buku yang telah diterbitkan tentang hakikat, peranan dan kepentingan
gerakanmahasiswa dan pergulatanpolitik kontenporer di Indonesia .
Turutama dalam konteks kepeduliannya dalam meresponi masalah – masalah sosial
polotik yang berkembang ditengah masyarakat. Bahkan, dikatakan bahwa gerakan
mahasiswa tak pernah absent dalam setiap menanggapi setiap upaya depolotisasi
yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek – praktek
ketidak adilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas
hak – hak yang telah dimiliki tengah terancam. Kehadiran gerakam mahasiswa
sebagai perpanjangan aspirasi rakyat dalam situasi yang demikian itu amat
memang dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi
atas konflik – konflik yang terjadi vis a vis penguasa. Secara umum, advokasi
yang dilakukan lebih ditujukan kedapa upaya penguatan posisi tawar rakyat
maupun tuntutan – tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan.
Dalam mengacu pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap
lingkungannya serta dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas
hidup bangsanya.
Dengan demikian, segala
ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa merupakan dalam
kerangka melakukan koreksi atau control atas perilaku – perilaku politik
penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awalnya
dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejateraan hidup rakyatnya. Oleh
sebab itu, peranannya menjadi sangat pentingdan berarti takkala berada ditengah
masyarakat. Saking begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada
kebanyakan Negara didunia tyelah mencatat bahwa perubahan sosial (social change
) yang telah terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya
gerakan perlawanan mahasiswa.
Alas an utama menempatkan
mahasiswa beserta gerakannya secara khusus dalam tulisan singkat ini lantaran
kepeloporannya sebagai “pembela rakyat “ serta kepeduliannya yang tinggi
terhadap masalah bangsa dan negaranya yang dilakukandengan jujur dan tegas.
Walaupun tak bias dipungkiri, factor pemihakan terhadap idiologi tertentu turut
pula mewarnai aktifitas polotik mahasiswa yang telah memberikan kontribusi yang
tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Oleh karenaya, penulis menyadari
bahwa deskripi singkat alam artikel ini belum seluruhnya menggambarkan korelasi
positif antara pemihakan terhadap idiologi tertentu dengan kepeloporan yang
dimiliki dalam menengahi konflik yang ada. Mungkin bias dikatakan bahwa artikel
ini lebih banyak mengacu pada repleksi diskursus – diskursus politik kekuasaan
Orde Baru yang sengit yang dilakukan di kalangan aktifis mahasiswa dalam decade
90-an. Dimana sebagian besar gerakan – gerakan mahasiswa yang terjadio kala itu penulis ikut terlibat didalamnya. Tentunya,
pendekatan analisis dalam artikel ini lebih mengacu pada gerakan mahasiswa
prodemokrasi jauh sebelum maraknya gerakan akhirnya mengantarkan pada
pengunduiran diri Presiden Soeharto
Pemihakan terhadap
ideology tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak bias dihindari. Pasalnya,
pada diri mahasiswa terdapat sifat – sifat intelektual dalam berpikir dan
bertanya segala sesuatu nya secara kritis dan merdeka serta berani menyatakan
kebenaran apa adanya. Maka, diskursus – diskursus seputar konstalasi politik
yang tengah terjadi kerap dilakukan sebagai sajian yang mesti disajikan serta
dianggap sebagai tradisi yang melekat pada kehidupan gerakan mahasiswa.
Paa mahasisa kita
mendapatkan potensi – potensi yang dapat diaktualisasikan sebagai modernzing
agens. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa bahwa kita semata – mata
menemukan transforman sosial berupa label – label penuh amarah, sebenarnya
harus diimbangi pula oleh kenyataan bahwa dalam gerakan inilah terdapat pahlawan
– pahlawan yang damai yang dalam kegiatan pengabdiannya tertutama ( kalau tidak
melulu ) didorong oleh aspirasi – aspirasi murni dan semangat yang ihklas.
Kelompok ini bukan saja haus edukasi, akan tetapi berhasrat sekali untuk
meneruskan dan menerapkan segala hasil edukasinya itu, sehingga pada gilirannya
mereka itu berfungsi sebagai educator – educator dengan caranya yang khasi.
Masa selama studi
dikampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap, dan
persepsi meeka dalam perumusan kembali masalah – masalah yang terjadi
disekitarnya. Kemandekan suatu idiologi dalam memecahkan masalah yang terjadi
merangsang mahasiswa untuk mencari alternative
idiologilain yang secara empiris dianggap berhasil. Maka tak jarang,
kajian – kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan
idiologi atau metodologis tertentu yang diminati. Tatkala, mereka menemukan
kebijakan public yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya akomodatif dengan
keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang kommited dengan mata hatinya,
mereka akan merasa “terpanggil” sehingga terangsang untuk bergerak.
Dalam kehidupan
gerakan mahasiswa terdapat adagium patriotic yang bakal membius semangat juang
lebih radial. Semisal, ungkapan “ menentang ketidakadilan dan mengoreksi
kepemimpinan yang terbukiti korup dan gagal “ lebih mengena dalammengugah
semangat juang lebih militant dan radikal. Mereka sedikitpun takkan ragu dalam
melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Pelbagai senjata ada
ditangan mahasiswa dan bias digunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan
yang ada agar perjuangan dan pandangan –
pandangan mereka dapat diterima. Senjata – senjata itu, anatara lain seperti :
petisi, unjuk rasa, boikot, atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks
perjuangan memakai senjata – senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan
mahasiswa---jika dibandingkan dengan intelektual professional---lebih punya
keahlian dan efektif.
Kedekatannya dengan
rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap tuntutan – tuntutan atau
selebaran – selebaran disebarluaskan dianggap murni prorakyat tanpa adanya
kepentingan – kepentingan lain yang mengiringinya. Adanya kedekatan dengan
rakyat dan juga kekuatan massif mereka menyebabkan gerakan mahasiswa bias
bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antara mereka yang aktif (
ingat teori Snow bowling )
Oleh karena itu, sejarah
telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa
selakuprime mover terhadinya perubahan politik pada suatu Negara. Secara
empiric kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan
antara lain : Juan Peron Di Argentina tahun 1955, Peres Jeminez di Venezuela
pada tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khandi Pakistan
tahun1987, Ferdinan Markos di Filipina tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia
tahun 1998. sksn tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa penggulingan
kekuasaan menjadi monopoli telah terbukti menjadi katalisator yang sangat
penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan ini.
Sejarah Gerakan Mahasiswa
Puncak revormasi Mei 1998
adalah penggulingan besar Jend. Besar (Purn0 Soeharto, didahului oleh pendukung
Gedung DPR/MPR oleh mahasiswa Indonesia .
Namun, Mei 1998 hanyalah awal dari tahap pertama (First Strage) revolusi
demokrasi yang dipelori oleh gerakan mahasiswa. Tahap pertama revolusi
demokrasi ini merupakan tahap pembongkaran kesadaran massa dan mahasiswa terhadap struktur
ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menindas atau eksploitatif. Proses
pembentukan tahap pertama revolusi demokrasi ini berlangsung sepanjang sejarah
Rezim Orde Baru (ditamdai oleh sejumlah ‘puncak” perlawanan gerakan mahasiswa
1974,1987, 1989, dan 1998). Peran oposisi adhoc gerakan mahasiswa merupakan
perah histories yang dipaksakan secara structural oleh rezim Orde Baru yang
menjalankan satu jenis Fasisme baru yaiotu fasisme baru yaitu Fasisme
Pembangunan (Development Fascism). Peran ini mejadi permanent sepanjang sejarah
rezim Orde Baru karena diberangsunya semua kekuatan oposisi formal (dalam
kondisi demokrasi merupkan peran parti politik ) dan ditundukkanya masyarakat
sipil secara komporatis-fasistis, maupun melalui kekerasan terbuka.
Peran posisi adhoc ini
kembali dijalankan oleh mahasiswa dibawah rezim Abdurrahman Wahid karena :
pertama agenda reformasi total tidak dilaksanakan oleh semua lembaga politik
baik legislative;eksekutif maupun yudikatif; Kedua tidak satupun partai politik
yang menegaskan kekuatan posisi oposional dan memperjuangkan pelaksanaan agenda
reformasi tetal tanpa kompromi politik dengan rezim Orde baru; Ketiga semua
partai politik peserta Pemilu 1999 (48 parpol) adalah legitimator UU pemilu
yang cacat demokrasi karena mensyahkan keberadaan TNI/PLRI di Legislatif
(DPR/MPR, DPRD I dan DPRD II ) dan keikutsertaan parata Golongan Karya dalam
pemilu tanpa pertanggujaaban hokum terhadap kejahatan politik, ekonomi dan HAM
sepanjang 32 tahun rezim Orde Baru.
Dengan demikian semua partai politik berkhianat terhadap agenda reformasi total
dan revolusi demokrasi, karena menjadi kolaborator politik rezim Orde Baru.
Tahap pertama revolusi demokrasi ini berawal pada tergulungnya Jenderal Besar
(Purn) Soeharto dan berakhir pada pelaksaan seluruh agenda reformasi total.
Bila seluruh agenda reformasi total dijalankan maka terbrntuklah demokrasi
politik demokrasi/reformasi total terhadap politik anti demokrasi/anti
reformasi total. Oelh Karena agenda reformasi total belum dijalankan hingga
rezim Abdurrahman Wahid sekarang, maka gerakan mahasiswapun terus menerus
dijalankan oposisi adhoc-nya. Dapat dicatat dengan sejumlah ‘puncak lain”
selain Mei 1998 (Pendudukan DPR/MPR RI dan penggulingan Soeharto . November
1998( Semanggi I, Penolakkan terhadap SI MPR), September 1999 ( Semanggi II,
Penolakan UU penanggulangan bahaya ), Oktober 1999 ( Penolakan terhadap Habibie
dan wiranto), Januari 2001 hingga sekarang ( Tuntutan terhadap penurunah
Abdurrahman Wahid serta pembubaran dan pengadilan terhadap parta Golkar) dalam
skala waktu, tidak dapat ditetapkan kapan tahap pertama revolusi demokrasi atau
pelaksaan agenda reformasi total berakhir. Bukan tidak mungkin, bahkan
Abdurrahman Wahid mengundurkan diri, tidak akanmampu dan mau menyelesaikan
tahap pertama revolusi demokrasi tersebut. Tetapi secara teoritis, tahap kedua
(second Stage) dari revolusi demokrasi dapat diawali bila semua agenda reformsi
total sudah dijalankan. Tahap kedua ini merupakan tahap pembongkaran struktur
ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menindas dan eksploitatif. Pada tahap
kedua inilah pemantapan dan pengembangn demokrasi dijalankan melalui proses
konsolidasi dan pendalaman demokrasi.
GERAKAN POLITIK NILAI VERSUS GERAKAN
POLITIK KEKUASAAN
Apakah
gerakan mahasiswa bebas kepentingan politik? Tentuk tidak, karena kepentingan
pertama dan terutama yang diperjuangkan adalah nilai – nilai (value) atau
system ini (value system) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial,
kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kedapa rakyat yang tertindas.
Karena ini oposisi adhoc gerakan mahasiswa di Indonesia merupakan gerakan politik
tertentu. Melalui pertarungan gagasan yang cukup tajam anatar kelompok dan
gerakan mahasiswa, sekarang secara praktis semua elemen gerakan mahasiswa
“bersatu lagi” sebagai gerakan politik nilai, membela dan mengawal revolusi
demokrasi dengan memperjuangkan agenda reformasi total yang mereka cita-citakan
bahu membahu. Kini, kita menyaksikan semua sinergi gagasan dan kekuatan gerakan
mahasiswa “bersatu” memperjuangka agenda reformasi total atau enam fisi
reformasi ditambah dengan agenda menurunkan Abdurrahman Wahid, menolak kenaikan
harga BBM dan sembako menjadikan KKN orde baru – partai Golkar sebagai musuh
bersama (Common Enemy). Disarikan dalam beberapa sumber.
1966
|
1974
|
1978
|
|
Visi
|
Nilai – Nilai
: Keadilan,sosial,kebebasan,
Kemanusiaan,demokrasi,dan
solidaritas kepada rakyat tertindas
|
Nilai – Nilai
: Keadilan,sosial,kebebasan,
Kemanusiaan,demokrasi,dan
solidaritas kepada rakyat tertindas
|
Nilai – Nilai
: Keadilan,sosial,kebebasan,
Kemanusiaan,demokrasi,dan
solidaritas kepada rakyat tertindas
|
Sasaran Strategis
|
Pemimpin
nasional
|
Strategi
pembangunan
|
Pemimpin
nasional
|
Organisasi
|
Ekstra
kulikuler (KAMI dan Ormas pemuda)
|
Dewan
Mahasiswa
|
Dwan
Mahasiswa
|
Aliensi strategis
|
Angkatan
Darat
|
Intelektual
politisi oposisi
|
Intelektual
politisi oposisi
|
Kondisi politik (birikrasi dan Militer)
|
Friksi tajam
Soekarno, AD dan PKI
|
Friksi tajam
jendral Soemitro dan Aspri Soeharto
|
Friksi
politik reatif kecil
|
Kondisi Ekonomi
|
Inflasi 600%
|
Pertumbuhan
relative tinggi
|
Pertumbuhan
relative tinggi
|
Korban
|
Mahasiswa 5-7
meninggal, rakyat sekitar satu juta orang
|
Mahasiswa
luka-luka, sejumlah rakyat meninggal
|
Mahasiswa
luka-luka
|
Aktifis dan Pemimpin Mahasiswa
|
Tidak ada
penahanan dan pemecatan
|
Penahanan
rata-rata 1-2 tahun
|
Penahanan
rata-rata 1 tahun
|
Hasil
|
Soekarno
digulingkan, PKI dibubarkan
|
Soeharto
tetap berkuasa, perbaikan kebijakan ekonomi
|
Soeharto
tetap berkuasa, tidak ada perubahan kebijakan signifikan
|
1989
|
1998
|
2001
|
|
Visi
|
Nilai-nilai keadilan sosial,
kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas
|
Nilai-nilai keadilan sosial,
kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas
|
Nilai-nilai
keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada
rakyat tertindas
|
Sasaran strategis
|
Pimpinan
Nasional dan perubahan structural
|
Pimpinan
Nasional dan perubahan structural
|
Pimpinan
Nasional dan perubahan structural
|
Organisasi
|
Komite
solidaritas asiswa, buruh, tani, dan kelas menengah
|
Jaringahn
Mahasiswa formal dan non formal
|
Jaringan
Mahasiswa formal dan non formal (BEM, forkot, FPPI, KAMMI,dll.)
|
Aliensi strategis
|
Buruh,
tani, intelektual dan kelas menengah
|
Intelektual
dan politisi oposisi, kaum miskin
|
Intelektual
dan politisi oposisi, kaum miskin
|
Kondisi politik (Birokrasi dan Militer)
|
Friksi
politik sangat kecil
|
Freiksi
tajam Soeharto versus 14 menteri, jend. Wiranto versus letjen. Prabowo. S
|
Friksi tajam versus Legislatif friksi
“kecil” Gusdur versus Megawati Versus Angkatan Darat
|
Kondisi ekonomi
|
Pertumbuhan
rata-rata 7 %
|
Depresiasi
708% dan inflasi 82,4% pertumbuhan 14%
|
Depresiasi
sektoral 165% dan inflasi 9,45% pertumbuahan 4-5%
|
Korban
|
Mahasiswa
luka-luka
|
Mahasiswa
12 orang meninggal, ratusan luka, 1500 rakyat meninggal
|
Mahasiswa luka-luka, ribuan rakyat meninggal
karena kerusuhan SARA
|
Aktifis
|
Penahanan
rata-rata
|
Penahanan
harian
|
Belum
ada
|
Pemimpin Mahasiswa
|
3-8
tahuin dan pemecatan
|
Denda
|
Penahanan
|
Hasil
|
Soeharto
tetap berkuasa, tidak ada perubahan kebijakan signifikan
|
Soeharto
dan Habibie digulingkan, agenda reformasi macet total
|
APA
YANG HARUS DILAKUKAN SEKARANG?
|
Dalam
kontek Regional, bahwa gerakan mahasiswa ikut andil dalam melakukan perubahan,
dalam artian secrar institusional UNHAS dalam hal ini sangat besar perannya
dalam melakukan perubahan tersebut seperti penilakan kenaikan harga BMM pada
rezim Megawati, penolakan kenaikan tdl pada rezim Susilo Bambang Yudoyono dan
masih banyak gerakan yang lain yang dilakukan oleh para aktifis UNHAS untuk
mengkanter semua kebijakan penguasa di Indonesia, tetapi tidak bisa dipungkiri
bahwa juga banyak gerakan yang punya tendensi tertentu dal;am artian bahwa gerakan merka ditumggangi oleh penguasa.
Kanter kebijakan yang dilakukan
oleh Mahasiswa UNHAS terhadap kebijakan birokrasi kampus seprti menolak
kenaikan spp, menolak jalur kemitraan, teransparansi keuangan kampus yang
sampai hari ini tidak terlaksana, dan sampai pada isu yang sangat mendasar
menolak Bdan Hukum Pendidikan (BHP).
Kita mencoba menerucutkan gerakan Mahsiswa
dalam skop yang lebih sempit yaitu HMPT, tidak dapat dipungkiri bahwa HMPT
selalu ikut dalam aksi mahasiswa UNHAS walaupun lembaga ini adalah lembaga yang
kecil, tetapi ada gerakan yang dilakukan HMPT seperti penolakan transgenic pada
tahun 2001, dan juga gerakan-gerakan sosial yang lain berkenaan dengan
masyarakat tertindas.
Seperti itulah gambaran tentang
gerakan Mahasiswa mulai pada skala nasional sampai pada lembaga yang paling
kecil seperti HMPT, semoga gambaran tersebut senantiasa membangum sprit kita
untuk terus bergerak menuju tatanan sosial m,asyarakat yang adil dan makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar