Selasa, 24 April 2012

KEMAHASISWAAN



 Identitas mahasiswa

                     Identitas adalah hal yang melekat pada sesuatu itu sehingga memudahkan untuk membedakannya dengan yang lain.

 Defenisi mahasiswa secara umum

                     pada Setiap orang memiliki hak untuk menafsirkan sesuatu, dalam kaitannya dengan mahasiswa, sebagian orang mengartikan bahwa mahasiswa adalah  orang yang menuntut ilmu diperguruan tinggi dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku ditempat dimana ia berstatus sebagai mahasiswa. Identitas mahasiswa yang sesungguhnya adalah idealisme manusia yang tidak pernah terpisah dari nilai-nilai kemanusiaan, kadang muncul dibenak kita pertanyaan tentang kata MAHA yang senantiasa dilekatkan pada sang pencipta bahwa dialah segalanya kenapa didunia pendidikan kata tersebut dilrkatkan pelajar diperguruan tinggi ? .

                       Diluar negri tidak pernah dijumpai kata mahasiswa tetapi kita jumpai adalah pelajar tingkat tinggi, maka kita mencoba membedah kenapa kata MAHA dilekatkan pada seorang pelajar yang menuntut ilmu pengetahuan diperguruan tinggi sehingga melahirkan kata mahasiswa. Dalam tinjauan filosofis bahwa kata MAHA adalah sesuatu diatas segala galanya, dimana sesuatu tersebut memiliki nilai- nilai ideal yang tidak pernah gugur oleh apapun, maka kata MAHA coba dilekatkan pada kaum intelektual dimana diharapkan mampu mempertahankan nilai-nilai idealismenya sebagai seorang mahasiswa, sehinga kita sampai pada sebuah kesimpulan tentang Mahasiswa secara filosofis adalah manusia intelektual yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan dan social control baik dilingkup internal maupun eksternal.

Peran dan Tanggung jawab Kader HMPT sebagai Mahasiswa
                       Peranan adalah status atau posisi dimana kita berada yang melahirkan sumbangsi. Sedangkan tanggungjawab adalah sesuatu yang harus kita kerjakan dikarenakan oleh dorongan nurani atau nilai – nilai kemanusiaan. Dan kader HMPT adalah manusia intelektual yang berperan sebagai agent of change dan social control dimanapun berada.
                       Tidak dapat dipungkiri bahwa kader-kader HMPT harus berperan aktif dimanapun mereka berada, sehingga dapat memperkokoh eksistensi HMPT, kader HMPT nantinya sangat diharapkan dapat melakukan perubahan perubahan kearah yang lebih ideal yang sesuai dengan tujuan HMPT. Indenpensi HMPT sangat tergantung pada kader – kader yang dilahirkan oleh HMPT nantinya, maka dari itu peningkatan kualitas sikap, pengetahuan, tindakan dan spiritual sangat diharapkan agar dapat menopang independesi HMPT tersebut.
Kader sangat dituntut untuk dapat bertanggung jawab menjalankan roda – roda organsisasi yang tidak terlepas oleh nilai – nilai kemanusiaan dan harus menghindari hal – hal yang melanggar kode etik organisasi sehingga dapat mengembangkan HMPT, walaupun dalam terpaan badai selalu dibuat untuk mematikan lembaga kemahasiswaan selalu dianggap sebagai pemicu masalah – masalah yang muncul dilingkungan kampus.
                      Dari berbagai fenomena yang muncul pada diri secara internal maupun eksternal, ketika tentang tanggung jawab maka maka biasanya muncul pertanyaan, kita bertanggung jawab terhadap apa?.
Sesungguhnya ada beberapa hal yang perlu diingat bahwa kita yang ada saat ini adalah akibat dari sebab yang tidak pernah terlepas dimanapun, kapanpun yang jelas bahwa kita akan selalu berada dalam koridorNYA. Dengan adanya rasa tanggung jawab berarti kita masih memiliki nurani sebagai mahluk ciptaan, kepadaNyalah segala bentuk penghammbaan salah satu bentuknya adalah mengaktualkan potensi kemanusiaan yang diberikan olehNya berupa rasa tanggung jawab.
                      Perlu juga diingat bahwa sebagai manusia yang penuh dengan potensi haruslah diaktualkan sehingga melahirkan sesuatu yang dapat menorehkan sejarah, sebagai mahluk indifidu dan social maka tanggung jawab dibagi menjadi dua:
                      . Tanggung jawab kepada diri sendiri, dimana kita harus berusaha untuk tidak                                                                                                                                                                                              
                         membohongi diri sendiri seperti perbedaan arti nurani dan tindakan dalam                                                     artian bahwa setiap pribadi memiliki rasa konsistensi 
                      Tanggung jawab kepada orang lain yaitu memiliki rasa kesamaan derajat ,
                          ingin membantu, satu dalam mengungkap tirai penindasan

                       Dalam melakukan suatu pastilah ada yang melandasi sehingga kita ingin melakukan sesuatu dengan kata lain bahwa ada spirit gerak untuk berbuat, spirit gerak itu adalah bahwa kita manusia sebagai rahmat bagi alam semesta dan sebagai pemimpin dimuka bumi. Penghikmatan kepada apa saja adalah cerminan wajah HMPT yang ideal dimana kader selau berusaha untuk mencapai kesempurnaan sebagai manusia seutuhnya.
                       Mengungkap tirai penindasan adalah salah satu bentuk tanggung jawab baik itu penindasan dalam diri sendiri atau penindasan kepada orang lain, seperti itulah yang melekat pada diri seorang mahasiswa , karena agen of change dan social adalah bagian dari pengungkapan tirai penindasan
                       Dalam lingkungan masyarakat sangat banyak kita lihat ketimpangan- ketimpangan social , dimana hal tersebut dilakukan kaum borjuis atau pemilik modal atau pemerintah selaku aparatur negara yang mengakibatakan potensi yang ada dalam masyarakat yang menjadi terkungkung dan mencoba mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang pragmatis , dalam kondisi yang seperti itulah mahasiswa harusnya mengambil peran- peran strategis dalam melakukan perubahan social, dimana kadermahasiswa seharusnya melakukan propaganda-propaganda terhadap masyrakat untuk melakukan perlawanan terhadap kaum penindas. Mahasiswa seharusnya menjadi control terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak  pemerintah serta kebijakan yang yang diambil oleh pemilik modal dimana dalam setiap pengambilan kebijakan harus selalu menguntungkan masyarakat kecil, dalam artian bahwa posisi mahasiswa adalah penyambung antara masyarakat pemilik modal dan pemerintah. Hingga sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada kata selain melawan, tidak ada perbuatan selain menolak, tidak ada sifat selain kerendahan intelektual untuk sebuah perubahan social menuju tercapainya tujuan HMPT.

Gerakan Mahasiswa
Definisi Gerakan
                       Gerakan berasal dari kata gerak, secara fisik = perpindahan dari suatu titik ketitik lain, filsafat = dari potensi keaktual/merealisasikan potensi kewujud yang lain.
                       Diskursu tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok pembahasan dalam baebagai kesempatan yang hampir sepanjang tahun. Begitu banyaknya forum – forum diskusi yang telah diadakan, telah mengahasilkan juga berbagai tulisan, makalah maupun buku – buku yang telah diterbitkan tentang hakikat, peranan dan kepentingan gerakanmahasiswa dan pergulatanpolitik kontenporer di Indonesia. Turutama dalam konteks kepeduliannya dalam meresponi masalah – masalah sosial polotik yang berkembang ditengah masyarakat. Bahkan, dikatakan bahwa gerakan mahasiswa tak pernah absent dalam setiap menanggapi setiap upaya depolotisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek – praktek ketidak adilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak – hak yang telah dimiliki tengah terancam. Kehadiran gerakam mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat dalam situasi yang demikian itu amat memang dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi atas konflik – konflik yang terjadi vis a vis penguasa. Secara umum, advokasi yang dilakukan lebih ditujukan kedapa upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan – tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam mengacu pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap lingkungannya serta dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup bangsanya.
                       Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau control atas perilaku – perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejateraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi sangat pentingdan berarti takkala berada ditengah masyarakat. Saking begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakan Negara didunia tyelah mencatat bahwa perubahan sosial (social change ) yang telah terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan mahasiswa.
                       Alas an utama menempatkan mahasiswa beserta gerakannya secara khusus dalam tulisan singkat ini lantaran kepeloporannya sebagai “pembela rakyat “ serta kepeduliannya yang tinggi terhadap masalah bangsa dan negaranya yang dilakukandengan jujur dan tegas. Walaupun tak bias dipungkiri, factor pemihakan terhadap idiologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas polotik mahasiswa yang telah memberikan kontribusi yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Oleh karenaya, penulis menyadari bahwa deskripi singkat alam artikel ini belum seluruhnya menggambarkan korelasi positif antara pemihakan terhadap idiologi tertentu dengan kepeloporan yang dimiliki dalam menengahi konflik yang ada. Mungkin bias dikatakan bahwa artikel ini lebih banyak mengacu pada repleksi diskursus – diskursus politik kekuasaan Orde Baru yang sengit yang dilakukan di kalangan aktifis mahasiswa dalam decade 90-an. Dimana sebagian besar gerakan – gerakan mahasiswa yang terjadio kala itu  penulis ikut terlibat didalamnya. Tentunya, pendekatan analisis dalam artikel ini lebih mengacu pada gerakan mahasiswa prodemokrasi jauh sebelum maraknya gerakan akhirnya mengantarkan pada pengunduiran diri Presiden Soeharto
                       Pemihakan terhadap ideology tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak bias dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat – sifat intelektual dalam berpikir dan bertanya segala sesuatu nya secara kritis dan merdeka serta berani menyatakan kebenaran apa adanya. Maka, diskursus – diskursus seputar konstalasi politik yang tengah terjadi kerap dilakukan sebagai sajian yang mesti disajikan serta dianggap sebagai tradisi yang melekat pada kehidupan gerakan mahasiswa.
                       Paa mahasisa kita mendapatkan potensi – potensi yang dapat diaktualisasikan sebagai modernzing agens. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa bahwa kita semata – mata menemukan transforman sosial berupa label – label penuh amarah, sebenarnya harus diimbangi pula oleh kenyataan bahwa dalam gerakan inilah terdapat pahlawan – pahlawan yang damai yang dalam kegiatan pengabdiannya tertutama ( kalau tidak melulu ) didorong oleh aspirasi – aspirasi murni dan semangat yang ihklas. Kelompok ini bukan saja haus edukasi, akan tetapi berhasrat sekali untuk meneruskan dan menerapkan segala hasil edukasinya itu, sehingga pada gilirannya mereka itu berfungsi sebagai educator – educator  dengan caranya yang khasi.
                       Masa selama studi dikampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap, dan persepsi meeka dalam perumusan kembali masalah – masalah yang terjadi disekitarnya. Kemandekan suatu idiologi dalam memecahkan masalah yang terjadi merangsang mahasiswa untuk mencari alternative  idiologilain yang secara empiris dianggap berhasil. Maka tak jarang, kajian – kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan idiologi atau metodologis tertentu yang diminati. Tatkala, mereka menemukan kebijakan public yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya akomodatif dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang kommited dengan mata hatinya, mereka akan merasa “terpanggil” sehingga terangsang untuk bergerak.
Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat adagium patriotic yang bakal membius semangat juang lebih radial. Semisal, ungkapan “ menentang ketidakadilan dan mengoreksi kepemimpinan yang terbukiti korup dan gagal “ lebih mengena dalammengugah semangat juang lebih militant dan radikal. Mereka sedikitpun takkan ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Pelbagai senjata ada ditangan mahasiswa dan bias digunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan yang ada  agar perjuangan dan pandangan – pandangan mereka dapat diterima. Senjata – senjata itu, anatara lain seperti : petisi, unjuk rasa, boikot, atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata – senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa---jika dibandingkan dengan intelektual professional---lebih punya keahlian dan efektif.
                       Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap tuntutan – tuntutan atau selebaran – selebaran disebarluaskan dianggap murni prorakyat tanpa adanya kepentingan – kepentingan lain yang mengiringinya. Adanya kedekatan dengan rakyat dan juga kekuatan massif mereka menyebabkan gerakan mahasiswa bias bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antara mereka yang aktif ( ingat teori Snow bowling )
                       Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selakuprime mover terhadinya perubahan politik pada suatu Negara. Secara empiric kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan antara lain : Juan Peron Di Argentina tahun 1955, Peres Jeminez di Venezuela pada tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khandi Pakistan tahun1987, Ferdinan Markos di Filipina tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. sksn tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa penggulingan kekuasaan menjadi monopoli telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan ini.

Sejarah Gerakan Mahasiswa
                       Puncak revormasi Mei 1998 adalah penggulingan besar Jend. Besar (Purn0 Soeharto, didahului oleh pendukung Gedung DPR/MPR oleh mahasiswa Indonesia. Namun, Mei 1998 hanyalah awal dari tahap pertama (First Strage) revolusi demokrasi yang dipelori oleh gerakan mahasiswa. Tahap pertama revolusi demokrasi ini merupakan tahap pembongkaran kesadaran massa dan mahasiswa terhadap struktur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menindas atau eksploitatif. Proses pembentukan tahap pertama revolusi demokrasi ini berlangsung sepanjang sejarah Rezim Orde Baru (ditamdai oleh sejumlah ‘puncak” perlawanan gerakan mahasiswa 1974,1987, 1989, dan 1998). Peran oposisi adhoc gerakan mahasiswa merupakan perah histories yang dipaksakan secara structural oleh rezim Orde Baru yang menjalankan satu jenis Fasisme baru yaiotu fasisme baru yaitu Fasisme Pembangunan (Development Fascism). Peran ini mejadi permanent sepanjang sejarah rezim Orde Baru karena diberangsunya semua kekuatan oposisi formal (dalam kondisi demokrasi merupkan peran parti politik ) dan ditundukkanya masyarakat sipil secara komporatis-fasistis, maupun melalui kekerasan terbuka.
                       Peran posisi adhoc ini kembali dijalankan oleh mahasiswa dibawah rezim Abdurrahman Wahid karena : pertama agenda reformasi total tidak dilaksanakan oleh semua lembaga politik baik legislative;eksekutif maupun yudikatif; Kedua tidak satupun partai politik yang menegaskan kekuatan posisi oposional dan memperjuangkan pelaksanaan agenda reformasi tetal tanpa kompromi politik dengan rezim Orde baru; Ketiga semua partai politik peserta Pemilu 1999 (48 parpol) adalah legitimator UU pemilu yang cacat demokrasi karena mensyahkan keberadaan TNI/PLRI di Legislatif (DPR/MPR, DPRD I dan DPRD II ) dan keikutsertaan parata Golongan Karya dalam pemilu tanpa pertanggujaaban hokum terhadap kejahatan politik, ekonomi dan HAM sepanjang 32 tahun  rezim Orde Baru. Dengan demikian semua partai politik berkhianat terhadap agenda reformasi total dan revolusi demokrasi, karena menjadi kolaborator politik rezim Orde Baru. Tahap pertama revolusi demokrasi ini berawal pada tergulungnya Jenderal Besar (Purn) Soeharto dan berakhir pada pelaksaan seluruh agenda reformasi total. Bila seluruh agenda reformasi total dijalankan maka terbrntuklah demokrasi politik demokrasi/reformasi total terhadap politik anti demokrasi/anti reformasi total. Oelh Karena agenda reformasi total belum dijalankan hingga rezim Abdurrahman Wahid sekarang, maka gerakan mahasiswapun terus menerus dijalankan oposisi adhoc-nya. Dapat dicatat dengan sejumlah ‘puncak lain” selain Mei 1998 (Pendudukan DPR/MPR RI dan penggulingan Soeharto . November 1998( Semanggi I, Penolakkan terhadap SI MPR), September 1999 ( Semanggi II, Penolakan UU penanggulangan bahaya ), Oktober 1999 ( Penolakan terhadap Habibie dan wiranto), Januari 2001 hingga sekarang ( Tuntutan terhadap penurunah Abdurrahman Wahid serta pembubaran dan pengadilan terhadap parta Golkar) dalam skala waktu, tidak dapat ditetapkan kapan tahap pertama revolusi demokrasi atau pelaksaan agenda reformasi total berakhir. Bukan tidak mungkin, bahkan Abdurrahman Wahid mengundurkan diri, tidak akanmampu dan mau menyelesaikan tahap pertama revolusi demokrasi tersebut. Tetapi secara teoritis, tahap kedua (second Stage) dari revolusi demokrasi dapat diawali bila semua agenda reformsi total sudah dijalankan. Tahap kedua ini merupakan tahap pembongkaran struktur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menindas dan eksploitatif. Pada tahap kedua inilah pemantapan dan pengembangn demokrasi dijalankan melalui proses konsolidasi dan pendalaman demokrasi.

GERAKAN POLITIK NILAI VERSUS GERAKAN POLITIK KEKUASAAN
                       Apakah gerakan mahasiswa bebas kepentingan politik? Tentuk tidak, karena kepentingan pertama dan terutama yang diperjuangkan adalah nilai – nilai (value) atau system ini (value system) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kedapa rakyat yang tertindas. Karena ini oposisi adhoc gerakan mahasiswa di Indonesia merupakan gerakan politik tertentu. Melalui pertarungan gagasan yang cukup tajam anatar kelompok dan gerakan mahasiswa, sekarang secara praktis semua elemen gerakan mahasiswa “bersatu lagi” sebagai gerakan politik nilai, membela dan mengawal revolusi demokrasi dengan memperjuangkan agenda reformasi total yang mereka cita-citakan bahu membahu. Kini, kita menyaksikan semua sinergi gagasan dan kekuatan gerakan mahasiswa “bersatu” memperjuangka agenda reformasi total atau enam fisi reformasi ditambah dengan agenda menurunkan Abdurrahman Wahid, menolak kenaikan harga BBM dan sembako menjadikan KKN orde baru – partai Golkar sebagai musuh bersama (Common Enemy). Disarikan dalam beberapa sumber.

1966
1974
1978
Visi
Nilai – Nilai : Keadilan,sosial,kebebasan,
Kemanusiaan,demokrasi,dan solidaritas kepada rakyat tertindas
Nilai – Nilai : Keadilan,sosial,kebebasan,
Kemanusiaan,demokrasi,dan solidaritas kepada rakyat tertindas
Nilai – Nilai : Keadilan,sosial,kebebasan,
Kemanusiaan,demokrasi,dan solidaritas kepada rakyat tertindas
Sasaran Strategis
Pemimpin nasional
Strategi pembangunan
Pemimpin nasional
Organisasi
Ekstra kulikuler (KAMI dan Ormas pemuda)
Dewan Mahasiswa
Dwan Mahasiswa
Aliensi strategis
Angkatan Darat
Intelektual politisi oposisi
Intelektual politisi oposisi
Kondisi politik (birikrasi dan Militer)
Friksi tajam Soekarno, AD dan PKI
Friksi tajam jendral Soemitro dan Aspri Soeharto
Friksi politik reatif kecil
Kondisi Ekonomi
Inflasi 600%
Pertumbuhan relative tinggi
Pertumbuhan relative tinggi
Korban
Mahasiswa 5-7 meninggal, rakyat sekitar satu juta orang
Mahasiswa luka-luka, sejumlah rakyat meninggal
Mahasiswa luka-luka
Aktifis dan Pemimpin Mahasiswa
Tidak ada penahanan dan pemecatan
Penahanan rata-rata 1-2 tahun
Penahanan rata-rata 1 tahun
Hasil
Soekarno digulingkan, PKI dibubarkan
Soeharto tetap berkuasa, perbaikan kebijakan ekonomi
Soeharto tetap berkuasa, tidak ada perubahan kebijakan signifikan




1989
1998
2001
Visi
Nilai-nilai keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas
Nilai-nilai keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas
Nilai-nilai keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas
Sasaran strategis
Pimpinan Nasional dan perubahan structural
Pimpinan Nasional dan perubahan structural
Pimpinan Nasional dan perubahan structural
Organisasi
Komite solidaritas asiswa, buruh, tani, dan kelas menengah
Jaringahn Mahasiswa formal dan non formal
Jaringan Mahasiswa formal dan non formal (BEM, forkot, FPPI, KAMMI,dll.)
Aliensi strategis
Buruh, tani, intelektual dan kelas menengah
Intelektual dan politisi oposisi, kaum miskin kota, kelas menengah, dan professional
Intelektual dan politisi oposisi, kaum miskin kota, kelas menengah, dan professional, buruh dan tani
Kondisi politik (Birokrasi dan Militer)
Friksi politik sangat kecil
Freiksi tajam Soeharto versus 14 menteri, jend. Wiranto versus letjen. Prabowo. S
 Friksi tajam versus Legislatif friksi “kecil” Gusdur versus Megawati Versus Angkatan Darat
Kondisi ekonomi
Pertumbuhan rata-rata 7 %
Depresiasi 708% dan inflasi 82,4% pertumbuhan 14%
Depresiasi sektoral 165% dan inflasi 9,45% pertumbuahan 4-5%
Korban
Mahasiswa luka-luka
Mahasiswa 12 orang meninggal, ratusan luka, 1500 rakyat meninggal
 Mahasiswa luka-luka, ribuan rakyat meninggal karena kerusuhan SARA
Aktifis
Penahanan rata-rata
Penahanan harian
Belum ada

Pemimpin Mahasiswa
3-8 tahuin dan pemecatan
Denda
Penahanan
Hasil
Soeharto tetap berkuasa, tidak ada perubahan kebijakan signifikan
Soeharto dan Habibie digulingkan, agenda reformasi macet total
APA YANG HARUS DILAKUKAN SEKARANG?


Dalam kontek Regional, bahwa gerakan mahasiswa ikut andil dalam melakukan perubahan, dalam artian secrar institusional UNHAS dalam hal ini sangat besar perannya dalam melakukan perubahan tersebut seperti penilakan kenaikan harga BMM pada rezim Megawati, penolakan kenaikan tdl pada rezim Susilo Bambang Yudoyono dan masih banyak gerakan yang lain yang dilakukan oleh para aktifis UNHAS untuk mengkanter semua kebijakan penguasa di Indonesia, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa juga banyak gerakan yang punya tendensi tertentu dal;am artian bahwa  gerakan merka ditumggangi oleh penguasa.

            Kanter kebijakan yang dilakukan oleh Mahasiswa UNHAS terhadap kebijakan birokrasi kampus seprti menolak kenaikan spp, menolak jalur kemitraan, teransparansi keuangan kampus yang sampai hari ini tidak terlaksana, dan sampai pada isu yang sangat mendasar menolak Bdan Hukum Pendidikan (BHP).

            Kita mencoba menerucutkan gerakan Mahsiswa dalam skop yang lebih sempit yaitu HMPT, tidak dapat dipungkiri bahwa HMPT selalu ikut dalam aksi mahasiswa UNHAS walaupun lembaga ini adalah lembaga yang kecil, tetapi ada gerakan yang dilakukan HMPT seperti penolakan transgenic pada tahun 2001, dan juga gerakan-gerakan sosial yang lain berkenaan dengan masyarakat tertindas.

            Seperti itulah gambaran tentang gerakan Mahasiswa mulai pada skala nasional sampai pada lembaga yang paling kecil seperti HMPT, semoga gambaran tersebut senantiasa membangum sprit kita untuk terus bergerak menuju tatanan sosial m,asyarakat yang adil dan makmur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar